STRATEGI INOVATIF KETERAMPILAN BERBAHASA
Dosen pengampu :
Dosen pengampu :
M. Bayu Firmansyah, S.S, M.Pd
Disusun Oleh :
Lailatul Fitria (16188201046)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan
2019
A.
Pendahuluan
Bahasa memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran,
peasaan atau informasi kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Penggunaan metode dan teknik yang variatif
diharapkan tidak membuat jenuh dan monoton dalam menyajikan materi pelajaran.
Penggunaan berbagai teknik dan metode yang inovatif dapat menciptakan situasi
pembelajaran yang kondusif. Pesera didik
dalam kaitan ini ikut terlibat secara langsung dalam menyerap informasi dan
menyatakan kembali hasil rekaman informasi yang diperolehnya sesuai dengan
kemampuan individu peserta didik.
B.
Uraian
1.
Strategi Pembelajaran Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak adalah satu
bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Pada waktu proses
pembelajaran, keterampilan ini jelas mendominasi aktivitas siswa dibanding
dengan keterampilan lainnya, termasuk keterampilan berbicara. Menurut Brown (1995) terdapat delapan
proses dalam kutipan kegiatan menyimak, yakni:
1)
Pendengar memproses
raw speech dan menyimpan image darinya dalam short term memory.
2)
Pendengar
menentukan tipe dalam setiap peristiwa pembicaraan yang sedang diproses.
3)
Pendengar mencari
maksud dan tujuan pembicara dengan mempertimbangkan bentuk dan jenis
pembicaraan, konteks, dan isi.
4)
Pendengar me-recall
latar belakang informasi (melalui skema yang ia miliki) sesuai dengan konteks
subjek masalah yang ada.
5)
Pendegar mencari
arti literal dari pesan yang ia dengar.
6)
Pendengar
menentukan arti yang dimaksud.
7)
Pendengar mempertimbangkan
apakah informasi yang ia terima harus disimpan di dalam memorinya atau ditunda;
8)
Pendengar menghapus
bentuk pesan-pesan yang telah ia terima.
Strategi pembelajaran keterampilan
menyimak masih terfokus pada dua jenis, yaitu tes melalui rekaman dan tes dalam
bentuk tanya jawab atau wawancara.
Dalam kegiatan belajar mengajar, pola KBM umum yang dikemukakan oleh Kemp (1977) dapat diberlakukan pada aktivitas menyimak. Berikut ini beberapa tahapannya:
Dalam kegiatan belajar mengajar, pola KBM umum yang dikemukakan oleh Kemp (1977) dapat diberlakukan pada aktivitas menyimak. Berikut ini beberapa tahapannya:
a)
Identifikasi.
b)
Identifikasi dan
seleksi tanpa retensi.
c)
Identifikasi dan
seleksi terarah dengan retensi pendek/terbatas.
Berikut ini ada dua daftar yang
mungkin sangat berguna bagi para pengajar bahasa Indonesia yang berkesempatan
untuk berusaha mengembangkan dan meyempurnakan tujuan-tujuan program pengajaran
menyimak.
a)
Menyimak Umum
·
Mengingat
rincian-rincian penting secara tepat mengenai ilmu pengetahuan khusus.
·
Mengingat
urutan-urutan sederhana atau kata-kata dan gagasan.
·
Mengikuti
pengarahan-pengarahan lisan.
·
Memparafrasekan
suatu pesan lisan sebagai suatu pemahaman melalui penerjemahan.
·
Mengikuti suatu
urutan dalam (1) penegmbangan plot, (2) pengembangan watak/pelaku cerita, dan
(3) argumentasi pembicara.
·
Memahami makna
denotatif kata-kata.
·
Memahami makna
konotatif kata-kata.
·
Memahami makna
kata-kata melalui konteks percakapan (pemahaman melalui penerjemahan dan
penafsiran).
·
Mendengarkan untuk
mencatat rincian-rincian penting.
·
Mengidentifikasi
gagasan utama dan meringkas dalam pengertian mengkombinasikan dan
mensintesiskan tentang siapa, apa, kapan, di mana, dan mengapa.
·
Memahami hubungan
antara gagasan dan organisasi yang cukup baik untuk menentukan apa yang bias
terjadi berikutnya
·
Menghubungkan
materi yang diucapkan secara lisan dengan pengalaman sebelumnya.
·
Mendengarkan untuk
alasan kesenangan dan respons emosional.
b)
Menyimak secara Kritis
·
Membedakan fakta
dari khayalan menurut kriteria tertentu.
·
Menentukan
validitas dan ketepatan gagasan utama, argumen-argumen, dan hipotesis.
·
Membedakan
pertanyaan-pertanyaan yang didukung dengan bukti-bukti yang tepat dari opini
dan penilaian, dan mengevaluasinya.
·
Membedakan
pernyataan yang didukung dengan bukti-bukti yang tepat dari bukti-bukti yang
tepat dari bukti-bukti yang tak relevan dan sekaligus mengevaluasinya.
·
Memeriksa,
membandingkan, dan mengkontraskan gagasan dan menyimpulkan pembicaraan,
misalnya mengenai ketetapan dan kesesuaian suatu deskripsi.
·
Mengevaluasi
kesalahan-kesalahan, misalnya:
-
generalisasi yang
tergesa-gesa.
-
analogi yang salah,
dan
-
gagal dalam
menyajikan contoh.
·
Mengenal dan
menentukan pengaruh-pengaruh berbagai alat yang mungkin dipakai oleh pembicara
untuk mempengaruhi pendengar, misalnya:
-
musik.
-
kata-kata yang tak penting.
-
intonasi suara.
-
permainan isu
emosional dan controversial.
-
Propaganda
·
Melacak dan
mengevaluasi bisa dan prasangka buruk dari pembicara atau dari suatu sudut
pandang tertentu.
·
Mengevaluasi
kualifikasi pembicara.
·
Merencanakan
evaluasi dan mencoba menerapkan suatu situasi yang baru.
2.
Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Menurut aliran komunikatif dan
pragmatik, keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak berhubungan secara
kuat. Dalam konteks komunikasi, pembicara berlaku sebagai pengirim (sender),
sedangkan penerima (receiver) adalah penerima warta (message). Warta terbentuk
oleh informasi yang disampaikan sender, dan message merupakan objek dari
komunikasi. Feedback muncul setelah warta diterima, dan merupakan reaksi
dari penerima pesan.
Strategi pembelajaran berbicara
merujuk pada prinsip stimulus-respons. Selama kedua variabel ini dikuasai oleh
pembicara, maka ia dapat dikategorikan memiliki kemampuan berbicara. Seperti
halnya keterampilan menyimak. Keterampilan berbicara menduduki tempat utama
dalam memberi dan menerima informasi serta memajukan hidup dalam peradaban
dunia modern.
Program pengajaran keterampilan berbicara harus mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan yang dicita-citakan. Tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut:
Program pengajaran keterampilan berbicara harus mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan yang dicita-citakan. Tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut:
a)
Kemudahan Berbicara
Bahwa peserta didik harus mendapat
kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan
keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok
kecil maupun di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya. Para peserta
didik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan.
b)
Kejelasan
Dalam hal ini peserta didik berbicara
dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya.
Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik. Dengan latihan berdiskusi
yang mengatur cara berfikir yang logis dan jelas, kejelasan berbicara tersebut
dapat dicapai
c)
Bertanggung Jawab
Latihan berbicara yang bagus
menekankan pembicara untuk bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan
dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan,
tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi
pembicaraan serta momentumnya. Latihan demikian akan menghindarkan peserta
didik dari berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersilat lidah yang
mengelabui kebenaran.
d)
Membentuk Pendengaran yang Kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus
mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan
utama program ini.
e)
Membentuk Kebiasaan
Kebiasaan berbicara tidak dapat
dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan
dalam bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam membentuk kebiasaan
berbicara dalam perilaku seseorang.
Dalam strategi pengajaran, pemakaian
beberapa teknik dipandang lebih menguntungkan daripada hanya menggunakan satu
teknik saja. Sedangkan dalam hal pendekatan, digunakan secara bervariasi antara
pendekatan terkontrol dan pendekatan bebas. Kedua pendekatan ini dapat
diberlakukan pada sejumlah teknik yang dikehendaki, misalnya:
(1)
Berbicara
terpimpin:
·
Frase dan kalimat.
·
Satuan paragraf.
·
Dialog.
·
Pembacaan puisi.
(2)
Berbicara semi-terpimpin
:
·
Reproduksi cerita.
·
Cerita berantai.
·
Menyusun kalimat
dalam pembicaraan.
·
Melaporkan isi
bacaan secara lisan.
(3)
Berbicara bebas
·
Diskusi
·
Drama
·
Wawancara
·
Berpidato
·
Bermain peran
3.
Strategi Pembelajaran Keterampilan Membaca
Keterampilan membaca pada umumnya
diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini
merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi
pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Membaca merupakan kegiatan untuk
mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut,
selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga
mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem kognisinya.
Dengan demikian, kegiatan membaca
bukanlah suatu kegiatan yang sederhana seperti apa yang diperkirakan banyak
pihak sekarang ini. Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan yang terlihat secara
kasat mata; dalam hal ini siswa atau mahasiswa melihat sebuah teks, membacanya
dan setelah itu diukur dengan kemampuan menjawab sederet pertanyaan yang
disusun mengikuti teks tersebut sebagai alat evaluasi, melainkan dipengaruhi
pula oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar pembaca. Kegiatan membaca
bukan hanya kegiatan yang melibatkan prediksi, pengecekan, skema, atau
dekoding, akan tetapi juga merupakan interaksi grafofonik, sintaktik, semantik,
dan skematik. Di samping itu, keterlibatan pembaca di dalam mencari arti dari
teks yang ia baca mempengaruhinya pula.
Tes kemampuan membaca adalah
sebuah tes keterampilan berbahasa yang bisa dilakukan dalam pengajaran
bahasa, baik dalam pengajaran pertama maupun bahasa kedua. Kemampuan membaca
merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang diajarkan.
Sejumlah teknik pengukuran kemampuan membaca yang sering dipergunakan antara
lain adalah dengan mempergunakan bentuk betul-salah, melengkapi kalimat,
pilihan ganda, pembuatan ringkasan atau rangkuman, cloze test, C–test, dan
lain-lain.
Teknik yang paling umum dipakai
adalah format bentuk tes pilihan ganda. Namun demikian, format tersebut sering
dikritik karena jawaban benar dapat diperoleh lewat lebih dari satu cara,
misalnya dengan cara menebak. Di samping itu juga diragukan kemampuan membaca
siswa memahami dengan sungguh-sungguh wacana yang diteskan karena tanpa adanya
penilaian dalam pemilihan jawaban yang benar.
Dengan demikian, proses pemilihan
jawaban yang benar belum tentu mencerminkan proses yang terlibat sebagaimana
dalam konteks membaca yang sebenarnya.
Untuk mengatasi kritik tersebut, usaha pengukuran kemampuan berbahasa dapt ditempuh dengan mempergunakan lebih dari satu teknik. Misalnya, di samping dipergunakan bentuk pilihan ganda juga dipakai bentuk lain sebagai pendamping seperti teknik cloze. Teknik cloze juga cukup populer dan banyak dipergunakan untuk mengukur kemampuan membaca (Brown, 1995), khususnya dalam pengajaran bahasa kedua.
Untuk mengatasi kritik tersebut, usaha pengukuran kemampuan berbahasa dapt ditempuh dengan mempergunakan lebih dari satu teknik. Misalnya, di samping dipergunakan bentuk pilihan ganda juga dipakai bentuk lain sebagai pendamping seperti teknik cloze. Teknik cloze juga cukup populer dan banyak dipergunakan untuk mengukur kemampuan membaca (Brown, 1995), khususnya dalam pengajaran bahasa kedua.
Strategi pengajaran membaca
berkembang cukup pesat, meskipun strategi maupun teknik tradisional masih
digunakan oleh sebagian besar pengajar. Kebiasaan pengajar meminta para peserta
didik untuk membaca teks selama waktu tertentu, kemudian mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti apa jenis teks yang dibaca. Strategi pembelajaran lain adalah dengan
menggunakan teknik pemberian tugas. Tugas membaca di rumah dengan waktu yang
relatif lebih leluasa.
4.
Strategi Pembelajaran Keterampilan Menulis
Aktivitas menulis merupakan suatu
bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir
dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbucara, dan
membaca. Dibandingkan denga tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan
menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan
sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai
unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi
tulisan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa
sehingga menghasilkan tulisan yang runtut dan padu.
Dalam tes kemampuan menulis, agar
peserta didik dapat memperlihatkan keterampilannya, maka perlu disiapkan tes
yang baik. Masalah yang terjadi dalam penilaian pun harus diperhitungkan dengan
baik untuk memperendah kadar subjektivitas pada saat melakukan penilaian. Yang
perlu dipikirkan adalah bagaimana mendapatkan atau memilih teknik penilaian
yang memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar subjektivitas.
Nurgiyantoro (2001) berpendapat bahwa
penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik,
impresif, dan selintas, maksudnya adalah penilaian yang bersifat menyeluruh
berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan secara selintas.
Penilaian yang demikian jika dilakukan oleh beberapa orang ahli yang
berpengalaman memang, sedikit banyak, dapat dipertanggungjawabkan. Akan tetapi,
keahlian itu belum tentu dimiliki oleh para pengajar di sekolah. Dalam kaitan
dengan penilaian karangan, berikut ini beberapa kriterianya:
1)
kualitas dan ruang
lingkup isi.
2)
organisasi dan
penyajian isi.
3)
komposisi.
4)
kohesi dan
koherensi.
5)
gaya dan bentuk
bahasa.
6)
mekanik: tata
bahasa, ejaan, tanda baca.
7)
kerapian tulisan
dan kebersihan.
8)
respons afektif
pengajar terhadap karya tulis.
Penerapan model penilaian analistis
dengan keenam kategori di atas dapat dilakukan dengan mempergunakan skala,
misalnya skala 1 sampai dengan 10, atau interval 1-5.
5.
Strategi Pengajaran Lisan Bahasa Indonesia Tingkat
Pemula dan Menengah Melalui Gerakan Tubuh Ritmik
Sejak beberapa tahun terakhir
pengajaran bahasa Indonesia tingkat dasar dan menengah lebih banyak menekankan
pada aspek pengajaran lisan. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut ini
beberapa teknik untuk membuat suasana kelas menjadi menyenangkan sekaligus mampu
mencapai sasaran yang diinginkan amat diperlukan dalam situasi ini. Berikut ini
adalah beberapa teknik yang dimaksud.
a.
Identifikasi Melalui Analogi Personal
Teknik ini tidak memerlukan persiapan
secara khusus, namun memungkinkan para peserta didik untuk lebih saling
mengenal dan berkomunikasi secara lebih cepat. Teknik ini mengutamakan
kecepatan interaksi dalam sebuah kelompok belajar. Teknik ini dimulai dengan
beberapa perintah sederhana.
·
Pengajar meminta
kepada peserta didik untuk membayangkan sebuah objek atau binatang yang amat
dikenal atau disukai yang memaninkan peran penting dalam kehidupan mereka. Perlu
ditekankan bahwa objek tersebut harus benar-benar objek yang agak pribadi.
·
Pengajar meminta
peserta didik secara beraturan untuk mengungkapkan objek yang dipilihnya untuk
mengidentifikasi dirinya. Bagian pertama ini akan mampu mendeskripsikan ukuran
badan, bentuk, bahan, dan lain-lain.
·
Pengajar mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang cara hidup dari objek atau binatang yang dipilih,
kesukaannya, dan kebiasaannya.
·
Peserta didik
menjawab pertanyaan pengajar
·
Pengajar meminta
kepada seluruh peserta didik, secara kolektif, untuk mengulangi identitas
teman-temannya melalui analogi personal untuk mengecek kemampuan memori setiap
peserta didik.
b. Teknik Lisan
Berdasarkan Gerakan Badan
Teknik ini dimulai pada sebuah
aktivitas pengantar; setiap peserta didik memperkenalkan diri melalui sebuah
gerakan yang menunjukkan jati dirinya, peserta didik lain mrncoba menebak
maknanya. Dalam hal ini peserta didik hanya menebak gerakan saja. Beberapa perintah untuk melakukan teknik
ini adalah:
·
Meminta beberapa
peserta didik untuk tampil dimuka kelas. Sebaiknya ada laki-laki dan perempuan.
Mereka diminta menunjukkan sebuah kata adejektiva melalui sebuah gerakan,
misalnya, sedih, periang, tua, marah, dan seterusnya.
·
Peserta didik lain
diminta untuk menebak adjektiva yang dipertontonkan melalui gerakan tubuh, namun
dalam bentuk kalimat singkat. Misalnya, Dia sedih, dia (perempuan) periang,
mereka tua, dia marah, dan seterusnya.
·
Permainan lain
melalui gerakan tubuh ini adalah dengan menanyakan beberapa pertanyaan seperti:
Apa yang dia lakukan? Apa yang dia perlihatkan? Apa yang orang-orang lakukan
pada pagi hari?
·
Pertanyaan-pertanyaan
linguistik dapat pula disampaikan seperti: Benda apakah ini (objek)?, apa yang
sedang saya lakukan?, dan sebagainya.
·
Pertanyaan-pertanyaann
yang berkenaan dengan waktu dapat pula diajukan dalam bentuk
gerakan seperti: Apakah yang telah saya lakukan? Apa yang akan saya lakukan
besok?, dan sebagainya.
c.
Teknik Permainan Suku Kata
Teknik ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang baik tentang penggunaan suku kata dalam bahasa Indonesia.
Beberapa perintah untuk melakukan teknik ini adalah:
·
Pengajar meminta
peserta didik untuk memperkenalkan namanya dengan menggunakan suku kata.
Misalnya: Na / ma / sa / ya / Yu / di
·
Pengajar meminta
peserta didik untuk mengucapkan nama benda disertai ritme bunyi yang tepat.
Misalnya, nama makanan dengan dua suku kata, tiga suku kata. Nama minuman yang
memiliki dua suku kata, tiga suku kata. Nama cabang olah raga yang memiliki
empat suku kata, dan pertanyaan lain yang memungkinkan.
d. Teknik Menebak
Adjektiva
Beberapa perintah untuk melakukan
teknik ini adalah sebagai berikut:
·
Pengajar meminta
peserta didik untuk membuat sebuah kalimat sederhana. Misalnya, kalimat yang
muncul adalah: Kota Bandung terletak di
Jawa Barat.
·
Pengajar meminta
kepada seorang peserta didik untuk mengulang kalimat dan memberikan serangkaian
adjektiva lainnya (tanpa diketahui peserta didik lainnya), namun menggunakan
kalimat yang sama. Peserta didik lain diminta menebak adjektiva yang
diperagakan melalui gerakan tubuh, dengan tetap menjaga kesempurnaan kalimat
bahasa Indonesianya.
·
Pengajar meminta
peserta didik yang lain untuk melakukan hal yang sama.
e.
Teknik Gerakan Menggantung
Seperti pula teknik lainnya, teknik
gerakan menggantungg memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan bahasa
Indonesia lisan melalui dialog. Beberapa ketentuan dalam melakukan teknik ini
adalah sebagai berikut:
·
Pengajar meminta
seorang peserta didik untuk berbicara di depan kelas dengan topik yang cukup
bebas, misalnya keluarga, lingkungan, sekolah, persahabatan, dan lain-lain.
Peserta didik harus berbicara sambil memperagakan tubuhnya.
·
Jika pengajar
bertepuk, maka peserta didik harus segera berhenti berbicara dan menghentikan
gerakan/peragaan tubuhnya yang menggantung.
·
Pengajar meminta
peserta didik lain untuk maju, dan menepuk punggung peserta didik yang sedang
diam (mematung). Peserta didik yang mematung kembali ke tempat duduknya.
·
Peserta didik yang
menggantikan harus meneruskan posisi tubuh terkahir yang ditinggalkan temannya,
namun harus berbicara dengan tema atau topik pembicaraan yang lain.
·
Jika dirasakan
cukup, pengajar bertepuk dan menyuruh peserta didik lain menggantikannya,
demikian seterusnya.
f.
Dialog Kooperatif-opositif
Tujuan dari penggunaan teknik ini
adalah untuk mrningkatkan kemampuan berbicara peserta didik melalui dialog.
Teknik ini memerlukan kemampuan tinggi dari peserta didik karena memerlukan
kosakata yang cukup sulit. Beberapa perintah untuk melakukan teknik ini adalah:
·
Pengajar meminta
kepada dua orang peserta didik untuk tampil di depan kelas. Mereka duduk di dua
kursi yang saling membelakangi.
·
Pengajar menentukan
sebuah tema dialog, misalnya: tema keluarga, persahabatn, dan tema lain yang
sejenis.
·
Dialog dimulai
dengan tanda dari pengajar, dan pengajar berada tepat dipinggir tengah kursi.
·
Dialog dapat berupa
kooperatif atau opositif.
·
Pengajar menjadi
pengatur intonasi dialog, jika tangan pengajar turun, artinya dialog harus
berlangsung kooperatif, dan jika tangan pengajar naik, artinya dialog harus
berlangsung opositif.
·
Dialog dihentikan
ketika pengajar memberi tanda berhenti.
DAFTAR PUSTAKA :
DAFTAR PUSTAKA :
Iskandarwassid dan Dadang. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosda
Komentar
Posting Komentar